Sabtu, 11 Mei 2019

Memerangi Bau Badan yang Tak Sedap

SALAH satu kekhasan seseorang adalah bau badannya. Bau khas itu menjadi salah satu unsur keintiman. Anak biasanya merasa tenang dengan membaui badan ibunya. Tetapi, tak jarang bau badan bisa sangat menjengkelkan. Betapa banyak orang yang merasa minder bergaul gara-gara bau badan yang tak sedap, yang sering tak mempan diguyur parfum paling wangi pun. Bila sudah demikian, dokter kulitlah yang menjadi tempat tumpahan perasaan.

Bau badan itu dalam dunia kedokteran mempunyai nama keren bromhidrosis. Ada yang normal, ada yang tidak, bergantung pada kelenjar keringat mana yang menghasilkan bau.

Ada dua kelenjar keringat utama di kulit, yaitu kelenjar apokrin dan kelenjar ekrin. Zat yang dikeluarkan dari kelenjar-kelenjar itu bisa dibusukkan oleh bakteri. Karena itu, berdasar kelenjar mana yang diganggu bakteri, bromhidrosis dibagi dua, bromhidrosis apokrin dan bromhidrosis ekrin.


Bau badan manusia memang banyak ditentukan oleh sekresi kedua kelenjar itu dan sedikit dipengaruhi sekresi kelenjar sebasea serta penguraian zat keratin.

Daerah yang paling rajin menyebarkan bau badan manusia adalah ketiak karena kelenjar apokrin paling banyak terdapat di ketiak. Ada juga kelenjar apokrin di lingkaran puting susu dan sekitar kemaluan, tetapi biasanya tidak terlalu produktif menghasilkan bau. Bau badan biasanya belum muncul sebelum masa remaja karena kelenjar apokrin baru berfungsi setelah pubertas.

Sebetulnya, masalah ini lebih jarang dijumpai pada orang Asia dibandingkan dengan orang-orang berkulit hitam. Pada orang kulit hitam, kelenjar apokrinnya lebih besar dan aktif dibandingkan orang kulit putih atau ras lain Dan mengapa lebih banyak pria yang berbau badan tak sedap dibandingkan wanita? Itu semata-mata masalah kebersihan diri. Wanita lebih menjaga kebersihan daripada pria. Anehnya, orang yang menderita hiperhidrosis (berkeringat berlebihan, Jawa Pos Minggu lalu) lebih sedikit menderita masalah ini. Mungkin karena roduksi keringat ekrin yang berlebihan tersebut mencuci atau membilas keringat apokrin yang memang lebih berbau tajam.

Sebetulnya, pada waktu muncul dipermukaan kulit, keringat apokrin itu steril dan tidak berbau. Dalam waktu satu jam saja, bakteri golongan gram positif membuat keringat apokrin berbau tajam dan khas.

Para ahli membuktikan bahwa yang berpengaruh pada bau ketiak, terutama, adalah kuman diphteroid aerob dengan sedikit pengaruh golongan mikrokokus pada keringat apokrin. Mereka juga membuktikan bahwa kerja bakteri tersebut terhadap keringat apokrin menghasilkan asam lemak rantai pendek dan amonia. Bau badan menjadi busuk, tengik, asam, manis, apak, atau tajam, bergantung pada komposisi kimia keringat apokrin.

Rambut dan pakaian yang menyebabkan keringat terperangkap juga mempertajam bau ketiak. Bakteri lokal tumbuh subur pada keadaan hangat di daerah lipatan ketiak yang menj adi lembab karena keringat ekrin sehingga bau badan bertambah.

Dalam pemeriksaan klinis, kulit ketiak penderita bromhidrosis tidak menunjukkan kelainan. Sedangkan bromhidrosis ekrin paling sering ditemukan pada telapak kaki karena keratin –lapisan kulit kapalan— di derah tersebut tebal dan banyak. Keratin yang hancur inilah sumber bau bromhidrosis ekrin. Telapak kaki tampak menebal dan berwarna putih, serta banyak keringat ekrin. Itulah sebabnya bau kaus kaki menjadi bukan main.

Selain telapak kaki, bromhidrosis ekrin kadang-kadang juga terjadi di lipatan, terutama lipatan paha, dipengaruhi oleh keringat yang berlebihan, kegemukan, dan penyakit diabetes. melitus. Pada kelainan ini tidak ditemukan kelainan fisik lainnya.

Bagaimana mengatasinya? Deodoran atau parfum sering tak banyak menolong. Pada prinsipnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah menghambat keluarnya keringat. Bukankah penyebabnya adalah keringat yang diganggu bakteri?

Aktivitas kelenjar keringat ini diatur oleh sistem saraf pusat. Dokter bisa memberikan obat-obatan tertentu –biasanya golongan atropin atau analognya– yang bekerja mempengaruhi susunan saraf pusat sehingga secara teoretis aktivitas kelenjar keringat menurun. Tetapi, ternyata secara klinis obat ini tidak banyak membantu. Lagi pula, banyak efek sampingnya sehingga tidak dianjurkan.

Cara yang lain adalah mencegah keringat sampai ke kulit. Bagaimana Caranya? Bisanya digunakan obat oles antikeringat. Cara ini sepertinya agak berbahaya karena menyumbat keringat sehingga dapat menimbulkan keradangan. Ternyata, komplikasi sangat jarang terjadi. Mungkin karena aliran keringat hanya sedikit dihentikan dan aktivitas kelenjar keringat berhenti bila ada penyumbatan.

Cara berikutnya adalah mgnghapus keringat dari permukaan kulit. Caranya adalah dengan sering-sering mencuci ketiak bersih-bersih. Jangan lupa mencukur bulu ketiak supaya tidak menjadi perangkap keringat. Sering-seringlah mengganti pakaian dalam.

Cara yang juga efektif adalah mencegah dekomposisi baktaeri dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Kebanyakan deodoran yang dijual bekerja dengan cara ini. Untuk itu bisa dipakai antibiotika topikal (obat oles). Sayang, biasanya timbul reaksi alergi pada kulit.

Kalau cara-cara itu sudah tidak lagi mampu mengatasi, dokter bisa saja melakukan operasi. Seluruh kelenjar ketiak diangkat. (yul)

Sumber: Jawa Pos, 16 Agustus 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar